referensi kajian komunis.... (sub..historis)

Definisi Ideologi Ideologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata yaitu ideos yang berarti gagasan/konsep dan logos yang berarti ilmu. Maka dapat disimpulkan pengertian ideologi menurut asal bahasa adalah kumpulan ide atau gagasan yang tersusun secara sistematis. Namun para ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang pengertian ideologi ini. Kata ideologi pertama kali dikenalkan oleh Destutt de Tracy pada 1796 untuk mendefinisikan “science of idea“. yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa suatu perubahan institusional dalam masyarakat Perancis Menurut Tracy ideologi adalah studi terhadap ide-ide / pemikiran Karl Marx menyatakan bahwa ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Pendapat ini mengandung esensi dari ideologi komunis, paham ini biasa disebut Marxisme. Ideologi Marxisme lahir dari cita-cita Karl Marx untuk menghapus kelas dunia, yakni strata sosial, kelas atas (borjuis) dan kelas bawah (proletar). Ideologi Komunisme Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari manifest ders Kommunistischen yang ditulis Karl Marx dan Friedrich Engels yang diterbitkan pada 21 februari 1848. Mereka menulis tentang perjuangan kelas dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik. Komunisme pada awal kelahirannya adalah sebuah koreksi terhadap faham kapitalisme di awal abad ke 19. Komunisme atau marxisme adalah ideologi dasar yang digunakan oleh umumnya partai komunis diseluruh dunia. Adapun komunis internasional adalah ideologi marxisme yang diracik oleh Lenin sehingga dapat disebut “Marxisme-Leninisme”. Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran partai komunis. Perubahan sosial dimulai dari buruh atauyang dikenal dengan proletarnamun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasilmelaluipartai. Kaum kapitalis ingin meningkatkan keuntungan dengan menekan biaya produksi, sedangkan kaum proletar ingin meningkatkan pendapatannya. Disitulah timbul adanya ketidakseimbangan ekonomi antara kaum proletar dan borjuis yang mengakibatkan diskriminasi sosial menjadi subjek dari ideologi Marxisme sendiri. Oleh karenanya, ideologi ini lebih cenderung ke arah perbaikan ekonomi. Dalam pandangan Marx, kaum proletar akan bangkit sendiri. Hal ini dapat terjadi dikarenakan rasa tidak puas kaum proletar terhadap diskriminasi ekonomi yang akhirnya melahirkan pemberontakan. Para kaum proletar bersatu untuk mengambil hak mereka yang dikuasai oleh kaum borjuis. Dengan bersatunya kaum proletar maka hancurlah kekuasaan dan kesewenang-wenangan kaum borjuis. Sehingga dalam pandangannya, Marx berargumen bahwa kapitalisme pada puncak perkembangannya akan mati dan diganti oleh komunisme. Sebagai anti kapitalis, komunis menggunakan partai sebagai alat pengambilalihan kekuasaan dan menentang kepemilikan akumulasi modal pada individu. Semua harus dipresentasikan sebagaimilik rakyat oleh karena itu seluruh alat-alat produksi harus dikuasai negara guna kemakmuran rakyat secara merata. Namun, untuk mewujudkan hal itu diperlukan cara radikal yang menurut Marx mampu untuk mengubah hal tersebut. Cara yang dimaksud yaitu mencapai kemajuan dengan melakukan penentangan dan perubahan secara keseluruhan dari kekacauan yang ada ke arah kemajuan. Cara radikal tersebut bisa berupa revolusi, kudeta, dll. Pemikiran Marx inilah yang kemudian menjadi sumber lahirnya ideologi marxisme yang nantinya berkembang menjadi sosialisme dan komunisme. Pada perkembangan berikutnya, keberadaan Marxisme berkembang dalam bentuk sosialisme yang bertujuan menciptakan masyarakat sosialis yang sama derjatnya dan menghilangkan hak individu dan menggantinya dengan hak bersama. Namun berbeda dengan marxisme, paham ini cenderung memilih perdamaian untuk mencapai suatu perubahan daripada cara brutal dan radikal baik berupa pemberontakan, kekerasan, maupun revolusi.Dalam aspek sosial dan ekonomi, paham sosialis lebih jelas mengatur hal tersebut. Adil dalam sosialis berarti membatasi bahkan menghapus hak individu terutama dalam hal sarana produksi. Dengan mengganti hak milik atas sarana produksi menjadi milik bersama, maka ketimpangan distribusi kekayaan yang tak terelakkan dari lembaga pemilikan pribadi di bawah kapitalisme dapat ditiadakan. Tokoh yang terinspirasi dengan ajaran Marxdiantaranya Lenin. Perbedaannya adalah Lenin tidak hanya memandang kaum buruh saja yang berjasa dalam pengembangan revolusi tetapijuga kaum petani. Ia juga berargumen nahwa kaum proletar membutuhkan pimpinan yang terdiri dari professional revolutionaries berupa partai politik untuk dapat mewujudkan revolusi mereka. Apabila revolusi gagal , maka imperialisme akan terus berlanjut sehingga memperpanjang usia kapitalisme. Sebagai pemimpin revolusi 1917 dankeberhasilannya menguasdai Uni Soviet, lebih berhasil mewujudkan langkah awal dariperkembangan pemikiran Marx. Menurut Miriam Budiardjo dalam Dasar-dasar Ilmu Politik, (jakarta : 2008), hal.155-156, adanya perkembangan pemikiran para ahli dalam mengartikan komunisme, Khrushchev mencerminkan komunisme sebagai suatu gaya hidup yang berdasarkan pada nilai-nilai tertentu, diantaranya : Gagasan monoisme yang menolak adanya golongan dalam masyarakat karena apabila ada golongan-golongan dalam suatu masyarakat maka dianggap sebagai perpecahan. Dalam hal ini, persatuan dipaksakan dengan keotoriteran dan oposisi ditindas. Kekerasan dipandang sebagai alat yang sah dan harus dipakai untuk mencapai komunisme. Keotoriteran harus digunakan baik terhadap musuh maupun pengikut komunisme sendiri. Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme. Oleh karenanya semua aparatur negara dan alat kenegaraan diabadikan untuk mencapai komunisme. Sehingga, negara ikut andil baik di bidang politik, sosial, maupun budaya. Dengan adanya peran negara dalam berbagai aspek, maka kebebasan masyarakat dalam berinspirasi juga dikekang oleh negara. Hal tersebut dibuktikan dengan pembatasan pers di negara komunis. Yang mana pers di negara komunis hanya menampakkan sisi baik negara komunis. Untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut diperlukan juga beberapa hal, yaitu: Sistem satu partai yang menjadi pelopor kaum buruh untuk membangun masyarakat komunis baik bersifat umum maupun kenegaraan. Secara formal, komunis tidak begitu mementingkan ajaran trias politika. Karena, wewenang yang sebenarnya dipegang oleh partai komunis. Adanya pemilihan umum yang bersifat rahasia dan tidak ada kemerdekaan politik di dalamnya. Selain itu, pencalonan didasarkan atas sistem calon tunggal untuk setiap kursi, setiap calon harus diteteapkan oleh partai komunis. Pemilihan umum bukan berarti penunjukkan kepengurusan yang baru, akan tetapi untuk memperlihatkan kepedulian dan keikutsertaan rakyat dalam mendukung pemerintahan komunis Perbedaan Sosialisme dan Komunisme Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakan untuk mengubah kapitalis menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan perubahan kapitalisme dapat dilakukan dengan cara damai dan demokratis. Paham ini juga mengutamakan perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap dalam hal keikutsertaan dalam pemerintah yang belum seluruhnya menganut sistem sosialis. Sedangkan paham komunis berkeyakinan bahwa perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi, dan pemerintahan oleh diktator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara di bawah diktator proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil alih selanjutnya oleh negara. Paham sosialisme banyak diterapkan di negara-negara Eropa Barat. Sedangkan paham komunis pernah diterapkan di bekas negara Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Kini paham komunis masih diterapkan di RRC (Republik Rakyat Cina), Vietnam, dan Korea Utara. Prinsif keadilan menurut faham sosialis berarti membatasi bahkan menghapus hak individu terutama dalam hal sarana produksi. Dengan mengganti hak milik atas sarana produksi menjadi milik bersama, maka ketimpangan distribusi kekayaan yang tak terelakkan dari lembaga pemilikan pribadi di bawah kapitalisme dapat ditiadakan. Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara “komunis” namun Istilah “sosialis” lebih disukai daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5). Di Negara-negara Eropa seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC. Dilihat dari sejarahnyapun ajaran dan ideologi Komunis memang sangat menarik bagi rakyat jelata yang miskin. Hal itu bukan saja terlihat dan terasa jelas dari propaganda ajarannya, tetapi juga karena tindakan-tindakan nyata untuk mencukupi kebutuhan material mereka terutama memenuhi kesejahteraan rakyat seperti sekolah gratis, kesehatan dijamin negara, pekerjaan yang layak dll. Kita ambil contoh misalnya Cina. Rakyat Cina berjumlah lebih dari 1 milyar. Kita tak pernah dengar kelaparan dan ketelanjangan di Cina. Karena komunisme di sana mampu memenuhi janji memakmurkan rakyatnya, untuk itulah alasannya kenapa komunisme di Cina laku sampai hari ini. Namun, supaya tetap laku, komunisme Cina meliberalisasikan komunismenya, seperti misalnya merebaknya kebebasan beragama dan beribadah diseluruh dataran Cina. Komunisme ,atheisme dan Agama Pembahasan tentang komunis dan agama , kami rasa sangat penting apalagi selama ini pembelajaran di sekolah-sekolah menyatakan bahwa komunis sami mawon dengan atheis. Dengan adanya anggapan yang demikian dan terpelihara dari tahun ketahun maka kita memahami ideologi initidaka secara an sich/ apa adanya. Dengan mempelajari semua ideologi secara apa adanya, maka jikalau ideologi ini dianggap tidak baik dan tidak memiliki kegunaan praktis, maka kritik dan penolakannyapun bisa dipertanggung jawabkan. Komunis bukan atheis. komunis tidak ada kaitannya dengan tuhan. Masalah ketuhanan adalah masalah keyakinan seseorang. Hal ini terbukti dengan berkembangnya faham komunis di negara-negara islam seperti Turki, Libanon dan di Indonesia sendiri, partai yang berfaham komunis perenah mendapat tempat dalamPEMILU. Atheisme adalah paham yang tidak mempercayai adanya Tuhan, baik secara wujud atau eksistensinya, dan cenderung memiliki sikap anti-theis. Sedangkan komunisme merupakan ideologi politik. Bisa saja terjadi anggapan komunis sebagai atheis karena Karl Marx lewat tesisnya bersama Friderich Engels yang berjudul “Manifest derKommunistischen”(manifesto Komunisia menulis bahwa agama adalah candu dikarenakan para theis terkurung dalam kotak yang disebut dogmatik. Ia menggambarkan ajaran agama tentang doa dan usaha, para penganut agama cenderung dibutakan dengan “doa” sehingga gerakan mereka sempit dan terbatas.misalnya , jikakita berdoa semoga rezekji dipermudah Tuhan, maka kita akan melakukan aktifitas-aktifitas terbatas tanpa angan-angan untuk lebih (setidaknya itu yang ia lihat di Jerman kala itu). Oleh karena itu kebanyakan para komunis menganut atheisme. Mereka beranggapan agama meninabobokan masyarakat lewat khayalan. Kemiskinan yang dialami dianggap sebagai ujian atau takdir, bila tabah akan memperoleh imbalan surga. Akhirnya mereka tidak mau berusaha dan cenderung melaksanakan ritus-ritus agama. Ini yang menjadi penolakan komunis. Mereka menganggap agama sebagai candu yang menina bobokan. Candu (dalam halini agama) diberikan oleh kelas kapitalis kepada kelas buruh agar tidakmenyadari ketertindasannya karena mereka menganggap sebagai takdir. http://syaebani.blogspot.com/ Dengan demikian anti theis berbeda dengan atheis. Persisnya komunis menentang kekuasaan agama dalam struktur pemerintahan dan kehidupan politik yang dipelihara penguasa untuk melemahkan daya kritis dan daya juang rakyat dalam melawan tirani melalui candu/agama dengan maksud rakyat tidak merasakan kesengsaraannya. Komunisme yang berasal daripemikiran Karl Marxs sendiri tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Komunisme tidak begitu menyukai bahkan cenderung memusuhi pemuka agam yang membela kapitalis. Namun meski begitu beberapa pemimpin sosialis seperti Attlee dan Sir StafforsCripps dididik dalamsuasana dimana agama mempunyai pengaruh yang kuat. Di Indonesia sendiri adalah sangat wajar bila golongan agama membenci komunis karena PKI sendiri dulu membujuk Soekarno untuk membubarkan partai-partai yang berbau agama, mis. Masyumi. Salah satu pelopor sosialisme beragama Kristen justru menjunjung tinggi kebebasan beragama, yaitu Voltaire, seorang filosuf Perancis zaman Renaissance yang terkenal dengan filsafat politiknya dalam tulisannya yang tajam dan dia mendukung setiap hak-hak manusia, dan kebebasan sipil, termasuk kebebasan beragama dan hak mendapatkan pengadilan yang tepat. Di Cina, RRC menganut komunisme, tapi di sana banyak yang memeluk Budha dan Islam. Seperti yang dilansir Merdeka .Com ,kamis, 5 Desember 2013 sebagai berikut : Tan Malaka sendiri pernah menjabat sebagai pimpinan PKI pada 1921. Namun, perbedaan pendapat antara dirinya dengan sejumlah elite PKI seperti Semaun, Muso, Alimin dan Darsono akhirnya membuatnya memilih keluar dari PKI. Salahh satu contoh perbedaan pemikirannya dengan para elite PKI itu adalah soal pemberontakan PKI pada 1926-1927. Tan Malaka saat itu tak setuju dengan pemberontakan yang akhirnya berujung pada kegagalan itu. Meski tak lagi berada di PKI Tan Malaka tetap konsisten berjuang dengan paham komunis yang dianutnya. Sebab, komunisme bagi Tan Malaka adalah jalan hidup dan metode untuk memperbaiki dunia. Meski seorang komunis, Tan Malaka adalah sosok yang percaya akan adanya Tuhan. Sejak kecil dia sudah hapal Alquran. Bahkan saat berpidato di Kongres Komunis Internasional (Kominter) pada 1922, Tan Malaka dengan lantang menyatakan Pan-Islamisme bukanlah musuh komunis. Pan-Islamisme justru sahabat untuk menghancurkan kapitalisme. “Kalau saya berdiri di depan Tuhan, saya adalah seorang muslim. Bila saya berdiri di depan manusia saya bukan seorang muslim,” demikian pidato Tan Malaka di hadapan Lenin saat itu. Pernyataan itu dapat diartikan bahwa Tan Malaka memisahkan urusan agama dengan urusan sosial duniawi. Untuk akhirat dia adalah seorang muslim. Tapi untuk urusan dunia dia menggunakan komunisme sebagai jalan untuk membebaskan dunia dari keserakahan kaum kapitalis. Indonesia dan Komunisme Lahir dan berkembangnya gerakan komunis di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sebuah organisasi yang bernama ISDV (Indische Sociaal-democratische Vereeniging). Organisasi kaum sosialis Belanda yang pada mulanya merupakan klub debat kecil diantara sesama anggota mereka. Klub ini didirikan oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet di Semarang pada bulan Mei 1914 (Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak, Radikalisme Rakyat di Jawa 1912 – 1926. Jakarta: Grafiti, 1997. hlm. 133). Karena anggotanya mayoritas adalah orang-orang Eropa, Sneevliet dan kawan-kawannya merasa sangat sulit untuk mengembangkan organisasi tersebut, karena orang pribumi bersifat antipati trerhadap nama yang berbau Eropa. Oleh karena itu, mereka berupaya untuk bersekutu dengan gerakan yang lebih besar dan yang dapat bertindak sebagai jembatan kepada massa rakyat Indonesia (Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V, Jakarta: Balai Pustaka, 1993. Hlm. 198). Hal ini dilakukan ketika pada tahun 1916, H.J.M. Sneevliet aktif dalam Vereniging Spoor en Tramweg-Personeel(VSTP) atau Sarekat Buruh Kereta Api dan Trem. Dari organisasi ini dibinalah Samaoen, seorang buruh kereta api pindahan dari Surabaya yang baru berusia 17 tahun (lahir 1899 M), sebagai kader. Selanjutnya pada tahun 1916, Darsono (lahir 1897 M), usia 19 tahun, Alimin Prawirodirdjo (1889 – 1964), usia 27 tahun, dan Tan Malaka (1897 – 1949 M), usia 19 tahun, menjadi kader ISDV dan VSTP4. Pada awalnya Samaoen, Darsono dan Alimin adalah anak buah H.O.S. Cokroaminoto, mereka terdaftar sebagai anggota Central Sarikat Islam (CSI) di Surabaya sejak 1915. Ketika H.J.M. Sneevliet ditarik ke Belanda pada tahun 1918, Samaoen menggantikannya menjadi ketua ISDV (Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid I cet. V, Bandung: Salammadani, 2012. hlm.409-410). Apa yang dilakukan Sneevliet dengan mengkader tiga murid Cokroaminoto tersebut adalah proses menginfiltrasi Sarekat Islam yang waktu itu merupakan salah satu gerakan politik yang disegani. Tidak hanya di Sarekat Islam, Sneevliet juga menginfiltrasikan anggota ISDV Mr. Brandsteder ke dalam serdadu angkatan laut Belanda dan Ir. Baars, Van Burink ke kalangan pegawai negeri berkebangsaan Belanda (Ahmad Mansur, Idem,hlm. 410). Krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1920 memberikan lahan yang subur bagi pertumbuhan PKI. Prinsip pertentangan kelas yang dianut PKI mendapatkan basisnya di tengah-tengah kemiskinan masyarakat. Dalam propaganda politiknya, ideologi komunis menempatkan kaum proletar (masyarakat miskin dan kaum buruh) serta masalah yang menimpa kelas tersebut sebagai isu utama perjuangan. Dalam kondisi krisis tersebut, PKI berhasil menggalang massa untuk melakukan tindakan-tindakan radikal dan revolusioner. Pemogokan-pemogokan pegawai pegadaian pada tahun 1922, pemogokan buruh kereta api pada tahun 1923 merupakan aksi PKI untuk menghadapi krisis tersebut. Titik kulminasi dari radikalisme ini tercapai pada pemberontakan komunis pada tahun 1926 di Jakarta, disusul dengan tindakan-tindakan kekerasan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Poesponegoro dkk, Idem, hlm. 208). Ada kemungkinan Indonesia menjadi negara komunis andai PKI berhasil berkuasa di Indonesia. Namun hal itu tidak terjadi setelah peristiwa pelanggaran HAM berat dan pembantaian. Hal ini dapat terlihat pada Pemilu 1955, PKI menempati urutan keempat dengan 16% suara. Partai ini memperoleh 39 kursi (dari 257 kursi yang diperebutkan) dan 80 dari 514 kursi di Dewan Konstituate Beruntung, sampai hari ini kita tidak berubah haluan. Tetap menjadi negara berbentuk republik dengan prinsif-prinsif demokrasi Pancasila. PKI tinggal menjadi masa lalu yang meski demikian tetap diwaspadai sebagai bahasa laten.

Comments

Popular posts from this blog

"ASRUN DAN LILIS RAJIN KEPASAR"

proposal rumah singgah

DATA DIRI HASAN JUMADIN